Nilai erat hubungannya dengan manusia, baik dalam bidang
etika yang mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari, maupun
bidang etika yang berhungan dengan persoalan keindahan, bahkan nilai termasuk
ketika manusia memahami agama dan keyakinan beragama. Namun demikian karena
manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan, baik dan buruk bahkan
dengan persoalan – persoalan layak atau tidaknya sesuatu. Dalam hubungan ini
pendidikan tidak mempersoalkan dimana nilai tersebut, tetapi lebih
memperhatikan pentingnya nilai itu bagi manusia dalam kehidupan masyarakat dan
harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan,
oleh karena itu nilai berhubungan dengan sikap seseorang maka disebut nilai
moral. Pengaruh keluarga dalam pembinaan nilai moral dimana keluarga
adalah merupakan kesatuan dari pada masyarakat kecil yang mempunyai motivasi
dan tujuan hidup tertentu dimana ayah, ibu dan anak mempunyai fungsi dan
tanggung jawab saling mengisi,baik eksistensi ataupun keselamatan dari
persekutuan hidup. Dalam bukunya yang berjudul “Mengenal perilaku abnormal” Dr.
A. Sutikya menulis struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang
berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan
pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya berpengaruh terhadap
munculnya gangguan perilaku pada sebagian anggotanya.
Menurut Louis Rath (1977) berdasarkan data bahwa dua dari
lima ibu bekerja di luar rumah, estimasi terakhir menyebutkan bahwa dua dari
lima ibu merupakan keluarga broken home (dalam kontek ini dimaksudkan salah
satu diantara orang tua tersebut meninggal, bercerai, pisah atau salah satu
diantara mereka dipenjara)” sering sekali pada keluarga yang broken home atau
pada keluarga yang kedua orang tuanya bekerja berakibat pada penurunan
intensitas hubungan antara anak dengan orang tua. Dalam lingkungan yang kurang
baik dan kadang menegangkan ini seorang anak sangat sulit untuk membangun
nilainya secara jelas.
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga,
serta terputusnya komunikasi antara orang tua dan anak mengakibatkan fungsi
keluarga dalam pembinaan nilai moral anak kelaurga tidak lagi menjadi tempat
untuk menjelaskan nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah
kebingungan nilai bagi anak, dalam posisi inilah institusi pendidikan perlu
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan klasifikasi nilai. Dalam
ajaran islam cara mendidik anak yang diajarkan Allah SWT, kepada anak terdapat
dalam al - qur’an surat Lukman ayat 13 sampai dengan 19 yang dapat kita
simpulkan sebagai berikut:
1.
Menanamkan jiwa tauhid
2.
Menghargai dan
menghormati orang tua
3.
Memelihara dan
memperlakukan orang tua dengan baik.
4.
Kejujuran,bahwa tidak
satupun yang dapat disembunyikan dihadapan Allah SWT.
5.
Supaya mendirikan
shalat dan ibadah lain.
6.
Mengajak kepada
perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan mungkar.
7.
Supaya bersabar.
8.
Melarang keangkuhan
dan kesombongan dalam pergaulan.
9.
Sederhana dalam sikap,
berjalan dan berbicara.
Pada usia dini, sangatlah penting
anak – anak mendapatkan pendidikan yang tepat guna hidupnya, baik di masa kanak
– kanak maupun setelah dewasa. Orang tua dan pendidik hendaknya tidak bosan
memberikan nasehat, teladan, ruang pilihan, kesempatan untuk mengambil
keputusan, keleluasaan bagi anak-anak untuk meneladani, mengikuti dan
menilai baik dan buruk, benar dan salah, satu sikap atau perbuatan.
Pembinaan watak tidak sekedar pembelajaran mengetahui
tentang yang baik dan yang buruk, tentang yang benar dan salah, tetapi
merupakan proses pelatihan pembiasaan, karena pada usia dini anak merupakan
“peniru ulang” dan sekaligus “pembelajar ulet” maka pembiasaan dan pembinaan
watak perlu dimulai sejak usia dini. Berbagai macam pendekatan
pembinaan Watak pada usia dini:
1.
Menentukan tujuan
pembinaan
2.
Jadilah teladan moral
bagi anak – anak
3.
Harapan yang realistik
4.
Tunjukkan cinta yang
tanpa syarat
5.
Sekolah harga diri
anak.
Pengaruh teman dalam pembinaan nila
moral, sebagai mahluk sosial, anak pasti punya teman dan pergaulan teman akan
menambah perbendaharaan informasi yang akhirnya mempengaruhi berbagai jenis
kepercayaan yang dimilikinya. Kumpulan kepercayaan anak akan membentuk sikap
yang dapat mendorong untuk memiliki atau menolak sesuatu. Sikap-sikap
yang mengkristal pada diri anak akan menjadi nilai dan nilai tersebut akan
berpengaruh pada prilakunya.
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan
kebiasaan yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif
manakala isu dan kebiasaan teman itu positif pula, sebaliknya akan berdampak
negatif bila sikap dan tabiat yang ditampilkan memang buruk. Pertemanan
yang paling berpengaruh timbul dari teman sebabnya diantara mereka relatif
terbuka dan intensitas pergaulannya relatif sering, baik disekolah/kampus
maupun dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian Abbas Asyyafah (1997)
kebiasaan merokok lebih banyak disebabkan karena pengaruh teman, sebabnya bukan
sesuatu yang mustahil bila upaya mencoba prilaku buruk lainnya disebabkan pula
karena pengaruh teman sebaya.
Disisi lain banyak remaja yang menggadaikan harga diri
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sekolah, terjadi karena pengaruh teman –
temannya, atau karena pergaulan yang terlalu bebas. Jika kita kembali melihat
fenomena ini, ada banyak penyebab yang melatar belakangi terjadinya segala
tindakan moral dikalangan remaja akibat dari pengaruh teman – temannya sendiri
sehingga terjadi krisis moral dikalangan remaja.
Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pembinaan moral bagi seseorang sangat penting, karena dengan pembinaan seseorang
akan mengetahui tentang yang baik dan buruk, tentang sikap benar dan salah
sehingga akhir menjadi suatu kebiasaan yang kemudian menjadi nilai – nilai yang
dihargai dan diyakini karena bermakna dalam hidup, selain itu pembinaan moral
juga bertujuan untuk membina akhlak budi pekerti yang baik bagi setiap manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar